Pinku Usagi
This blog contains some of short story, episode story, drama,painting,drawing, etc. all by Pinku usagi
Monday, January 1, 2018
Wednesday, January 23, 2013
Cerpen Tema cintailah lingkungan
The Jungle Mom
By. Pinku Usagi
Di sebuah dusun kecil
terlihat seorang perempuan tua sedang duduk santai dikursi goyangnya di teras
rumahnya,menikmati pemandangan indah di sekitarnya. Sesekali ia tersenyum
kecil,dan sesekali ia menintikan air mata seperti mengenang sesuatu yang sudah
lama pergi. Beberapa detik kemudian, dua orang gadis keluar dari balik pintu
rumah yang cukup mewah berpagar besi itu, kedua gadis belia itu tak lain adalah
Vina cucu dari perempuan tua tersebut dan Nadin sahabatnya Vina. Pada liburan
kali ini Vina dan Nadin memilih berlibur ke dusun Cipenas. Mereka berkunjung
dan menginap di rumah neneknya Vina yang bernama nenek Isna. Nenek Isna
terkenal aneh di dusun itu,ia mempunyai kebiasaan yang cukup unik,setiap sore
nenek Isna selalu duduk di kursi goyangnya sambil memandang hutan yang konon
katanya angker itu dan setiap pagi Nenek Isna tidak pernah berada dirumah
nya,ia pergi tidak tau kemana dan pulang tanpa sepengetahuan orang lain. Hal
itu seakan merupakan tugas rutin baginya, menurut ibunya Vina nenek Isna sudah
seperti itu sebelum ibunya Vina lahir. Yang anehnya lagi rumah yang sekarang di
tempati nenek Isna itu terletak menyendiri tepat di depan hutan angker
tersebut. Nenek Isna pernah diajak tinggal di kota bersama Vina dan mamanya
tetapi nenek Isna menolak dan bersikeras ingin tetap tinggal di rumah yang
konon katanya telah berdiri selama 50 tahunan itu. Semenjak kakeknya Vina
meninggal 20 tahun yang lalu, nenek Isna tinggal sendiri di rumah
tersebut. Oleh karena itu banyak yang menjuluki nenek berumur 66
tahun ini “THE JUNGGLE MOM”. Karena hanya nenek Isna yang
berani tinggal di tempat tersebut tanpa ada rasa takut sama sekali.
Padahal konon katanya hutan itu pernah dikutuk oleh seorang penyihir dan
katanya juga sampai sekarang penyihir tersebut masih ada di hutan itu. Pernah
juga ada beberapa pencari kayu yang masuk kedalam hutan dan tidak pernah
kembali lagi. Namun hal itu tidak sedikit pun membuat nenek Isna takut,ia malah
nyaman tinggal disana.
“Nek! kenapa
melamun?lagi mikirin apa??”tanya Vina.
Nenek Isna yang
semula terkejut langsung tersenyum lembut.
“Eh,,kebetulan,mau
dengar cerita nenek tidak ?”tanya nenek Isna lembut.
“Hmm..cerita apa
nek?”tanya Vina.
“Kalau Vina sih
maunya cerita tentang cinta nek!”canda Nadin.
“Yee, sembarangan,
dia bohong nek, jangan didengar”kata Vina dengan wajah masem.
“Hahahaha, sudah
duduk sini cepat!”perintah nenek Isna lembut,Vina dan Nadin pun menurut dan
duduk bersila di lantai berjarak 1 meter di depan kursi goyang nek
Isna.
“lihat hutan di depan
sana!” perintah nek Isna lagi sambil menunjuk ke arah hutan di
depannya,Vina dan Nadin yang duduk membelakangi hutan tersebut pun memutar
badan mereka 90 derajat untuk melihat hutan yang di tunjuk nenek.
“Hutan yang angker
itu nek??”tanya vina.
“Angker??hmm, ibumu
yang cerita ya??”terka nenek Isna.
“Iya
nek,heheheeheh.”jawab Vina sambil menggaruk kepalanya.
“Hmm, baiklah nenek
akan menceritakan sebuah rahasia besar kepada kalian berdua, dan nenek harap
ini hanya kita bertiga saja yang tau, oke?” kata nenek isna serius.
“rahasia?seru nih
sepertinya vin..”kata Nadin semangat,Vina pun mengangguk dan tersenyum.
“oke nek, kami
janji.”kata Vina mantap.
"50 tahun yang lalu ketika nenek masih seumuran kalian, nenek mempunyai
seorang sahabat yang bernama Lina,dan dusun ini adalah tempat kelahirannya.
Sama seperti kalian juga nenek dan Lina memilih berlibur kesini,tapi bukan
untuk jalan-jalan melainkan untuk menjenguk keluarga Lina yang baru tertimpah
musibah longsor” nenek Isna memulai ceritanya.
Pada saat itu adik
laki-laki Lina yang bernama Roy merupakan salah satu korban musibah longsor
tersebut. Roy yang baru berusia 5 tahun tewas terkena longsor. Dulu nya desa
ini memang sering mengalami banyak bencana dari longsor,banjir dan lain
sebagainya. Hal itu disebabkan oleh penggundulan habis hutan-hutan di dusun
ini. Lina sangat terpukul dengan musibah yang dialami adik kecilnya itu,hingga
suatu sore ketika kami sedang duduk santai tepat di depan hutan yang dulunya
merupakan tempat sisa-sisa pohon yang habis ditebangi ini, Lina berkata kepada nenek.
“Is! lihatlah tempat sampah di depan sana?”
“ya,kenapa?”tanya
nenek bingung.
“Kira-kira, bisa
tidak ya dalam sekejap menjadi paru-paru dusun ini lagi? biar dusun
ini tidak mati”tanya Lina.
nenek sedikit
tertegun mendengar perkataan Lina,namun nenek pun tersenyum.
“Semua bisa
kok,selagi tuhan menghendaki.”jawab nenek
“Tapi kapan?”tanyanya
lagi,dengan nada kesal.
nenek tidak menjawab,
nenek hanya terdiam menatap Lina yang hampir menangis itu.
“Kau tau , gara-gara
perbuatan orang-orang yang tak bertanggung jawab itu ,aku kehilangan adikku ,
adikku tidak bersalah dalam hal ini! kenapa dia yang diambil!”kata Lina kesal.
“Sabarlah,Tuhan pasti
mempunyai rencana sendiri untuk hal ini.”kata nenek sambil merangkul Lina.
“Siapa lagi yang akan
menjadi korban besok!?ibuku?ayahku?atau orang-orang yang ku nenekngi lagi?”
“Hush! jangan
berbicara seperti itu. Well, aku punya ide, bagaimana kalau kita lakukan
reboisasi aja?”usul nenek.
“Percuma ,
ujung-ujungnya pasti ditebang lagi”kata Lina lemas.
“Tenang saja, aku
punya ide yang sangat bagus!” kata nenek semangat.
“Ide?”tanya Lina
bingung.
nenek lalu
membisikkan sesuatu kepada Lina dan Lina terlihat meyetujui ide nenek tersebut.
Keesokan harinya nenek dan Lina pergi ke kota untuk mencari bibit pohon. Kami
membeli cukup banyak bibit karena kebetulan paman nenek memiliki perusahaan
perkebunan di kota. Setelah membawa bibit yang cukup banyak dari kota,kami dan
beberapa warga melakukan reboisasi di hutan selama seharian penuh. Setelah
selesai, kami pun beristirahat sejenak. Beberapa saat kemudian ada seseorang
yang memakai jubah hitam panjang dengan tudung seperti penyihir
datang dan mengejutkan semua warga di sana kecuali Lina, karena Lina mengetahui
bahwa itu adalah nenek yang menyamar sebagai penyihir,seperti rencana
kami kemarin . Sang penyihir meminta sedikit makanan kepada Lina,dan Lina tidak
memberikan sedikit pun makanannya. Sehingga seperti rencana , Penyihir itu pun
marah dan berkata.
“Ternyata kalian
bukan hanya serakah merebut hutan tempat tinggal banyak makhluk,tetapi kalian
juga pelit,mulai sekarang aku kutuk hutan ini,hutan ini akan aku jadi kan
tempat tinggal ku,tidak ada yang boleh menyentuhnya,”
Lalu si penyihir
mengetukkan kayunya 3 kali ke lantai dan dalam sekejap tanaman yang tadi baru
di tanam tumbuh menjulang tinggi ke atas. Lina dan seluruh warga sangat
terkejut dengan hal itu,Lina tidak menyangkah penyihir yang semula ia kira nenek
itu bisa berbuat di hal seperti itu. Ia tidak tau kalau penyihir itu bukan nenek
, nenek yang baru datang juga jadi sangat terkejut melihat kejadian langkah
itu. Penyihir tersebut pun lenyap dalam sekali kedipan mata dan masuk kedalam
hutan, juga membawa Lina bersamanya.
“Lina!!!!!”teriak nenek berlari mengejar Lina.
Namun sia-sia, warga
melarang nenek untuk masuk kedalam hutan, nenek sangat terkejut dengan apa yang
nenek lihat, tidak ada warga yang berani masuk kedalam termasuk keluarga Lina.
Mereka hanya bisa menatap hutan tersebut dengan air mata.
4 bulan pun berlalu
,tidak ada tanda-tanda kemunculan Lina. Setelah kejadian itu dusun Cipenas
tidak pernah mengalami musibah lagi. Seluruh warga hidup damai dan tentram.
Berbeda dengan nenek , hati nenek serasa tercabik-cabik dengan kejadian yang di
alami Lina. Nenek sangat merasa bersalah atas kejadian 4 bulan lalu itu,karena
itu semua ide nenek. Kalau saja nenek tidak mengusulkan hal itu, maka Lina
tidak akan di bawah oleh si penyihir. Nenek pun lalu memutuskan untuk balik ke
desa Cipenas, nenek ingin mencari Lina dan nenek yakin Lina masih hidup.
Paginya sekitar jam 04.00 AM, nenek memberanikan diri masuk kedalam hutan
tersebut. Nenek melewati semak-semak belukar dan beberapa rawa,setelah masuk
semakin dalam, nenek sangat terkejut melihat keindahan di depan mata nenek.
Ternyata di tengah-tengah hutan tersebut terdapat sebuah danau yang sangat
indah. Padahal awal nya,hutan ini hanya gundukan sampah sisa-sisa pohon, tidak
ada danau atau semacamnya di sini , oleh karena itu nenek sangat bingung dari
mana asal danau itu. Tidak jauh dari danau itu nenek melihat seorang gadis
duduk menatap langit, dari baju yang ia pakai nenek tau kalau itu Lina. nenek
pun berlari menghampirinya lalu memeluknya dari belakang.
“Lin, kamu kemana saja? semua orang merindukan kamu ,aku juga merindukan
kamu”kata nenek sambil terus memeluk Lina erat.
Lina melepaskan
tangan nenek dengan lembut dan menghapus air mata nenek sambil tersenyum,
“aku juga sangat
merindukan kamu,aku senang kamu disini”katanya lirih,
“ayo kita pulang Lin,
ibu kamu sangat mengkhawatirkan kamu”kata nenek sambil menggenggam tangan Lina
dengan kuat,Lina hanya menggeleng
“tapi kenapa?”Tanya nenek
heran
Lina tidak menjawab
ia hanya tersenyum.
“pulanglah!”katanya lembut
“tidak,jika tanpa kamu!”kata nenek lagi
“tugas kamu bukan
disini Is, tugas kamu di luar sana, menjaga paru-paru desa ini, jangan biar kan
hutan ini di rusak lagi, jangan biarkan bencana –bencana melanda desa ini
lagi”kata Lina lagi.
“lalu kamu?ayo kita
pulang Lin!kita jaga hutan ini bersama-sama!”kata nenek ,namun lagi-lagi Lina
menolak,
“ini tempatku
sekarang,”katanya singkat
“waktu ku sudah habis Is,tugas ku sudah selesai, aku harus pergi sekarang,
pulang lah sebelum ada yang mencari mu!”perintah Lina,lalu memeluk nenek dengan
erat dan menghilang begitu saja,
“Lin?Lina?”nenek mencari Lina disana sini, namun Lina tidak ada, nenek hanya
bisa pasrah dan keluar dari hutan tersebut.
Setelah kejadian
tersebut, nenek lalu berinisiatif untuk membangun rumah di depan hutan ini
kelak,agar nenek bisa terus menjaga hutan ini dan Lina. Dan setelah
menikah nenek pun mewujudkan keinginan nenek itu. Dan setelah tinggal disini,
setiap pagi nenek selalu pergi ke hutan itu,
“nenek berharap bisa
berjumpa dengan lina lagi tapi sia-sia,perjumpaan itu adalah perjumpaan
terakhir nenek dengan Lina” kata nenek Isna mengakhiri ceritanya. Vina dan
Nadin terlihat mengeluarkan air mata setelah mendengar cerita tersebut.
“jadi karena itu
nenek sering hilang pagi-pagi?”Tanya Vina
“iya, dan setiap sore
nenek selalu duduk dikursi ini sambil mengenang masa lalu nenek dengan
Lina”jelas nenek Isna
“nek, kami boleh
tidak masuk kesana??”Tanya Nadin sedikit ragu,ia takut nek Isna tidak
mengijinkan nya.
“iya nek,kami
penasaran dengan keindahan yang nenek bilang tadi”sambung Vina
Nenek Isna hanya
tersenyum dan berkata,“ayo!”
“sekarang??!”kata
Vina dan Nadin kaget
“iya,sekarang!”nek
isna pun mengambil lampu teplok di atas meja nya, dan berjalan duluan masuk ke
hutan, lalu Vina dan Nadin menyusulnya di belakang.
Sesampainya di tengah
hutan,Vina dan Nadin sangat terkejut melihat pemandangan yang baru saja mereka
lihat. Ternyata benar, di sana terbentang danau yang tidak begitu luas namun
sangat indah di pandang. Banyak juga di temukan kelinci,kupu-kupu dan beberapa
binatang lucu lainnya.
“wow!”gumam Vina dan Nadin takjub
“suatu hari nanti hutan ini akan nenek serahkan sama kalian , tolong di jaga
baik-baik ya!”kata nek Isna kepada cucunya dengan lembut,Vina dan Nadin hanya
mengangguk mantap. Beberapa saat kemudian ketika Nadin dan Vina duduk menikmati
suasana danau, nenek Isna tiba-tiba melihat sosok gadis belia seumuran dengan
cucunya di balik pohon.
“Lina!”kata nenek
Isna terkejut dan langsung menghampiri sosok tersebut,Lina tersenyum lembut
kepada nek Isna,
“hi Is, apa
kabar?”kata nya lembut.
“kemana saja kamu??
kenapa baru muncul?”Tanya nek Isna kesal,
“aku tidak
kemana-mana, aku disini terus. Aku juga tau kalau kau sering kesini”jawab Lina
“aku sangat merindukan kamu!”kata nenek Isna sambil memeluk Lina
“aku juga,”kata Lina
“oh iya, itu cucu
perempuan kamu ya??”Tanya Lina sambil menatap Nadin dan Vina
“iya,namanya
Vina”kata nenek Isna
“cantik ya,seperti
kamu,tapi kamu yang dulu maksudnya..”canda Lina
“ohhh…berarti sekarang aku jelek?,”
“hahahaha, sepertinya
sekarang aku harus panggil kamu nenek nih ,nek isna, hahahaha”canda Lina
“ iya cucuku,
hahahha”
“hmm, sudah mau malam
nih, bawa mereka pulang!” perintah Lina, nenek Isna pun tersenyum dan memeluk
Lina lagi.
“Nek!”tegur Vina yang melihat neneknya memeluk diri sendiri. Nenek Isna yang
terkejut lalu melepas Lina,ternyata Vina dan Nadin tidak bisa melihat Lina.
“nenek tidak apa-apa?”Tanya Nadin cemas
“tidak,ayo kita pulang, sebentar lagi gelap”kata nek Isna sambil mendorong
Nadin dan Vina.
Nek Isna lalu
melambaikan tangan kearah Lina,begitu pun Lina.
Dan begitulah, 6 tahun
kemudian nenek Isna pun meninggal. Vina yang sudah berumur 22 tahun akhirnya
menikah dan memilih tinggal di susun itu bersama suami nya. Ia ingin
melanjutkan tugas nenek Isna untuk menjaga paru-paru dusun Cipenas
tersebut.
Layaknya manusia jika tanpa paru-paru pasti akan mati begitu pun desa ini.
Nadin juga sering
menginap disana,mereka berdua juga sering masuk kedalam hutan, membersihkan
hutan dan menanam sedikit tumbuh-tumbuhan yang bisa di manfaatkan disana .
TAMAT
Saturday, November 10, 2012
XII IPA SMA DIPONEGORO
Saturday, June 2, 2012
Drama Komedi
Mama : "apaan? mana ada" (protes)
Anak 1 : tuh panci-panci di dapur siapa yang beliin?? papa kan?"
Mama: "lu ngomong betul sekali lagi, gue masukin balik ke dalam perut lu! (ancam mama)
Anak 2 : (merinding)
Anak 1 : (ketawa mengejek)
mama: apa! (emosi)
Anak 2: ( berbisik) mama kok mau sih nikah sama papa aneh macam ini??"
Papa : (nyegir)
Tamat
XI IPA SMA DIPONEGORO KISARAN
Friday, May 25, 2012
Drama Biologi (Usus Halus)
(by pinku usagi...^.^)
Usus Halus : (Menerima) Lama banget sih!!
Duodenum : Macet, paman Lambung tadi mogok kerja gara-gara gajinya di potong.
Usus Halus : Hah??
Duodenum : Pasti dari tadi nungguinkan?
Usus Halus : Ya iyalah…
Duodenum : Nah… Terbuktikan kalau aku tuh memang yang paling penting dalam keluarga Usus Halus…Tanpa aku kalian mana ada apa-apanya..(melihat kehadiarin) Oh ya, kenalkan aku Duodenum adik pertama dari Usus Halus… Aku sering di kenal dengan sebutan Usus 12 Jari, ntah deh kenapa…Padahal jari kukan cuma 10.. Ph ku ± 9, aku juga merupakan organ Retro Peritoneal. Hmm.. Aku terletak setelah paman Lambung… Seperti aku bilang tadi.. Aku tuh yang paling penting dalam keluarga Usus, karena akulah yang menyalurkan makanan dari si paman ke kakakku si Usus Halus yang kemudian dihubungkan ke adikku si Jejunum, tampa aku proses pencernaan tidak berjalan sempurna deh…
Usus Halus : Eh.. Jejunum? Neh.. (Menyerahkan makanan)
Jejunum : (Menerima)
Duodenum : Memang iakan? (Melipat tangan, lalu membuang muka)
Jejunum : What?? Woi pendek!! Sadar donk.. Akulah yang paling penting dari keluarga Usus Halus.
Duodenum : Pendek??
Jejunum : Memang iakan?? Panjang mu aja cuman 25-30 cm, kaulah yang terpendek di keluarga Usus, jadi jangan sombong deh!! (melihat ke hadirin) Oh ya…Perkenalkan aku Jejunum atau sering dikenal dengan sebutan Usus Kosong, aku adalah adik kedua dari kakak Usus Halus, dan terletak di antara si sombong Duodenum dan adik ku si Ileum, panjang ku sekitar 1,5 m,permukaan merupakan Membran Mukus, di tempat ku inilah makanan betul-betul di proses hingga selesai yang nantinya di serap oleh adik ku si Ileum, hal tersebut membuktikan donk kalau akulah yang terpenting dari mereka semua...iya kan?
Duodenum : Enak aja.. Tanpa aku makanan gak akan sampai ke kamu.
Jejunum : Tanpa aku juga makanan gak akan mungkin kamu serapkan?
Ileum : Wekqk.. Tetap aja aku yang paling penting!
Duodenum : Aku..
Jejunum : Sembarangan aku.
Ileum : Aku..
Usus Halus : Sudah woii..
Enzim : Eitss.. Paman!! Jangan sombong dulu tanpa enzim-enzim seperti kami kalian Usus-Usus tidak akan dapat mencernakan makanan, ingat tuh.. Kalian harusnya berterima kasih sama kami.
Dinding : Ya.. Ya.. Ya.. Tapi tetap aja aku yang terpenting!
Usus Halus : Oale.. Sama aja…
Enzim : Enak aja.. Kami donk yang penting…
Duodenum : Mana bisa gitu!
Jejunum : Ntah ne! Tetap aku yang penting…
Ileum : Bukan!! Aku!!
Usus Halus : Diam!!! (Berteriak)
All : (Diam semua)
Usus Halus : (Menghela nafas) Kita semua ini sama pentingnya kok, tanpa salah satu dari kita proses pencernaan tidak akan berjalan teratur, jadi semuanya sama penting.
Duodenum : Hmm.. Kurasa kakak benar! (Tersenyum)
Ileum & Jejunum : Yupz… (Mengangguk)
Dinding : Ya.. Kita sama-sama alat pencernaan…
Enzim : Dan sama-sama penting.. Yuk kita berkerja sama satu sama lain..
All : (Mengangguk)
Usus Halus : Nah… Gitu donk.. Kan enak.. Walaupun tetap aku yang terkenal…
All : Weii!! (Memandang kesal si Usus)
Usus Halus : (Tersenyum mengangkat bahu)